.jpg)
AS resmi menetapkan bea masuk sebesar 19 persen untuk sejumlah produk ekspor asal Indonesia, termasuk kopi, kakao, nanas kaleng, karet, serta hasil pertanian dan perikanan dari Lampung. Sementara itu, Indonesia tetap memberlakukan tarif impor 0 persen untuk produk asal AS.
Kebijakan ini dinilai berpotensi menurunkan daya saing komoditas Lampung di pasar internasional.
“Upaya hilirisasi penting dilakukan, jangan hanya mengekspor bahan setengah jadi. Kalau bisa, kirim produk jadi agar ada nilai tambah dari komoditas unggulan yang kita miliki,” ujar Abas, sapaan akrab Ahmad Basuki, saat diwawancarai, Jumat (8/8/2025).
Menurutnya, kebijakan tarif tersebut juga dapat menjadi peluang bagi Indonesia untuk memperluas pasar ekspor di luar Amerika.
“Ini tantangan sekaligus peluang. Kita bisa mulai membuka jalur ekspor baru ke kawasan Eropa, Timur Tengah, dan negara-negara lain yang lebih terbuka,” katanya.
Abas menegaskan, penguatan sektor pertanian menjadi kunci peningkatan kesejahteraan masyarakat Lampung, mengingat mayoritas warga bergantung pada sektor ini.
“Cara paling cepat mensejahterakan masyarakat Lampung adalah dengan mensejahterakan petaninya. Pemerintah harus hadir dari hulu sampai hilir,” tegasnya.
Ia juga meminta pemerintah melakukan intervensi konkret, mulai dari penyediaan benih berkualitas, ketersediaan pupuk tepat waktu, hingga fasilitas pengolahan dan stabilitas harga.
“Pemerintah perlu membangun kerja sama, baik di tingkat nasional maupun internasional, untuk mengembangkan komoditas unggulan kita,” tandasnya. (*)
